Lompat ke konten Lompat ke sidebar Lompat ke footer

Bisnis Laundry, Jangan Terus “Peras Keringat”

JURAGAN LONDRYBisnis yang penting mulai, modal seadanya. Filosofi ini sering kali saya temukan dari pengusaha laundry yang saya kenal.  Untuk mulai bisnis, perlaatan seadanya hingga bertahun-tahun tanpa berusapa memperbaharui perlengkapan.

Termasuk saya sendiri. Mulai bisnis laundry tahun 2008, setelah resigna dari pekerjaan “kantoran”. Yang penting mulai, tanaga masih ada dan usahapun berjalan. Perlengkapan nyusul.

Namun pertanyaan kemudian, tepatkan filosofi bisnis ini dilakukan sepanjang perjalanan bisnis laundry kita? Jawabannya tergantung tujuan anda berbisnis. Kalau bisnis sekedar  berjalan, sekedar bisa makan, filosofi di atas bisa terusdipertahankan.

Namun kalau bisnis anda ingin meningkatkan kualitas hidup, kesejahteraan, kebanggan, tentu filosofi di atas perlu didaur ulang. Terutama jika bisnis kita telah lama berjalan, tetapi belum memberikan penghasilan  sesuai harapan.

Salah satu tujuan menjalankan bisnis sendiri, ingin “kebebasan” waktu dan finansial. Para motivator seringkali menggembar gembor demikian, enaknya berwirausaha. Kita bisa menikmati waktu, bisa santai bersama keluarga bahkan bisa tetatp jalan-jalan sementara bisnis berjalan.  

Kondisi di atas mimpi indah semua para entrepreneur. Namun jika anda terbuai mentah-mentah, bisa jadi mimpi indah itu kenangan. Atau hanya celotehan para motivator dengan bayaran mahal.

Bisnis laundry dari sisi teknis sangat sederhana. Mencuci merupakan pekerjaan sehari-hari setiap orang di rumah masing-masing. Tanpa perlatan canggih sudah bisa dijalankan. Namun demikian, bisnis laundry ini tidak menjadi sederhana ketika sudah menjadi industri. Layaknya perusahaan, memerlukan manajemen yang benar kalkulasi laba rugi, manajemen SDM hingga pemanfaatan teknologi yang memadai.

Selain kelamahan pada manajemen, saya seringkali melihat, kelemahan pengusaha laundry kurang respons terhadap penggunaan teknologi modern yang akan memberikan berbagai manfaat bagi bisnisnya.  Salah satu alasan yang dimajukan, yang penting usaha jalan, bisa makan sudah cukup. Kalau benar-benar argumen ini muncul dari dirinya tidak  masalah. Namun jadi pertanyaan jika argumen itu muncul dari ketidakberdayaan dalam menjalankan usaha.

Dari pengalaman beberpa laundry, baik kiloan maupun cuci karpet, bisnis tidak maju-maju karena tidak berusaha memberikan yang terbaik untuk laundrynya. Padahal laundrynya dipaksa setiap hari memberikan yang terbaik. Maksud saya, jangan harap jika bisnis laundry anda hanya mengandalkan perlengkapan seadanya, dan anda tidak pernah mangadopsi teknolgi mencuci, laundry anda akan memberikan yang terbaik untuk anda.

Sebagai contoh, target produksi sehari 200 kg. Sementara kapasitas mencuci sehari hanya 100 kg. Bagaimana mungkin target tersebut berhasil jika perangkat laundry anda sangat tidak memadai.

Sebaliknya, saya sering melihat, para pengusaha laundry yang relatif sukses. Mereka ternyata memiliki perlengkapan laundry. Apa yang diperlukan untuk menambah produksi ditambah hingga yang nampaknya tidak penting untuk usaha laundry.  Mereka selalu menyisihkan penghasilan untuk untuk melengkapi alat-alat mencuci. Tak tanggung-tanggung, mereka berani berutang dengan harapan, nanti bisa kembali dari bisnis yang sedang dijalankan.  

Maka tak heran, laundry yang mereka jalankan, perlahan dengan pasti memberikan penghasilan yang terbaik, setelah majikannya memberikan yang terbaik untuk bisnis laundry mereka.
Dengan gambaran di atas, ada berada di posisi pengusah laundry yang mana? Apakah pebisnis laundry yang, apa adanya tanpa memperbaiki keadaan sambil “peras keringat” atau pebisnis laundry yang progresif memberikan yang terbaik untuk laundry anda? (*)






1 komentar untuk "Bisnis Laundry, Jangan Terus “Peras Keringat” "