Lompat ke konten Lompat ke sidebar Lompat ke footer

Kisah Pakar Pelunas Utang, Arli Kurnia yang Kapok Dikejar-kejar Jatuh Tempo


Anda yang membaca atikel ini mungkin pernah berutang dalam sekala kecil maupun besar. Bagaimana rasanya? Pasti tidak nyaman. Tak jarang pertemanan terputus karena utang yang seberapa. Keluarga jadi tak akur gara-gara cekcok di rumah. Bisnis bangkrut gara-gara utang tak kunjung selesai malah utang semakin membengkak.  Hidup terasa serba salah.

Inilah yang pernah dialami oleh Arli Kurnia, seorang pengusaha muda dari Solo yang kini dijuluki Pakar Pelunas Utang dalam 30 Hari. Kenapa 30 hari, karena dia mulai terkenal dengan ebook dan seminarnya “Melunasi Utang dalam 30 Hari”. Ia juga giat mengkapmanyken, beli rumah tanpa KPR dan bebas riba juga tanpa utang.


ARLI KURNIAWAN dan  Kristine Lea (sumber ss youtube  Kristine Lea) 

Mas Arli, memaparkan kisahnya ini dalam vidio di Youtube Chanel Cristiana Lea. Dia memaparkan, kejadian yang membuatnya hidup tak nyaman saat bergelimbang harta karena dari utang. Dalam setiap bulan, ia harus melunasi 6 cicilan utang kepada leasing kredit kendaraan.


Awalnya memang dari gaya hidup dan gengsi yang menurutnya menjadi segala penyebab utang bergelimbang itu. Pada tahun 2012 ia sebagai pebisnis di Multi Level Marketing (MLM). Cukup sukses dan meraih banyak uang. Ia pun beli kendaran mobil, namun satu, dua merasa tak cukup. Dalam duania MLM, ada istilah “edivikasi”. Itu sangat sangat openting. Bagaimana caranya menunjukkan citra leader sudah sukses dan memiliki banyak uang. Salah satunya penampilan. Mobil harus terlihat bagus dan tak cukup satu. Iapun memaksakan gaya hidup seperti itu. Namun demikian, Arli bukan bermaksud menjelekkan para pelaku MLM. Setidaknya itulah yang pernah dia alami saat di MLM yang dia akui perilaku tidak baik yang membuatnya dikejar kejar utang.


Menurutnya, penyebab utang yang bikin maslaah itu ada tiga. Gengsi, spekulasi dan musibah. Untuk gengsi dan spekulasi, ini bisa dihindari dan penyebab utang yang bisa diminamilsir bahkan dihindari sedari awal. Sedangkan musibah, itu urusan Tuhan dan penyelesaiannya secara “ilaihyah”. Pemilik produk penghemat BBM bernama Kleainoz itu memaporkan, sebenarnya tak begitu banyak utang yang dia miliki. Jumlahnya hanya Rp400 juta, tetapi cukup menggelisahkan.


Peristiwa yang sangat menyentak dirinya dan membuat segera introsfeksi total, suatu malam ia pulang seminar dari Surabaya. Dini hari sampai di rumah dan rebahan. Anaknya yang usia dua tahun terdengar nangis ingin menyusi. Lalu sang isteri minta dibelikan susu, karena sikecil masih minum formula. Iapun pergi ke minimarket terdekat, yang sebelum ke rumah ia mampir ke ATM itu untuk bayar cicilan.

Begitu tiba di ATM, ia memasukkan kartu dan pijit pengambilan tabungan Rp100 ribu. Tetapi gak keluar. Iapun pijit yang lebih rendah Rp50 ribu, tapi masih tak keluar. Lalu pijit cek saldo, ternyata hanya ada saldo Rp23 ribu. Harga susu yang akan dibeli Rp36 ribu. Alangkah sedihnya. Iapun keluar minimarket, merasa marah entah pada siapa, hingga mobil ditendangnya untuk pelampiasan. Sesampainya di rumah, ia minta maaf pada isterinya. Tidak bisa membawakan susu formula untuk anaknya karena uang tidak cukup. Terpaksa si kecil diberi minum teh manis.


Dari situlah ia merasa hidup ini ada yang salah. Untuk beli susupun kesulitan. Padahal dia jago cari uang. Bukan uang kecil. Tetapi begitu dapat uang, hanya mampir di tangan untuk melunasi cicilan kredit kendaraan.


Suatu saat ia pun ngobrol dari hati ke hati dengan sang isteri. Meminta pendapat, bagaimana jika semua kendaraan yang ada di garansinya -yang masih dicicil itu- dijual. Ternyata sang isteri tidak keberatan.  “Bukankah mobil selama ini tidak pernah dipinta”, kata sang isteri.


Menurut mas Arli, keinginan isteri ternyata sederhana. Hanya ingin didengarkan juga tidak marah-marah saat ditanya. Saat itu Arli masih berargumen, “saya sanggup tidak marah marah asal beban hidup dikurangi”. Salah satunya, cicilan kredit kendaran yang banyak itu. Di sini dia menyadari, beban hidupnya dibuat sendiri. Demi gengsi, demi edifikasi, akhirnya beban utang dia tanggung sendiri.


Dengan bekal restu isterinya dan niat yang kuat ingin hidup tanpa cicilan, apapun keluarkan dijual untuk melunasi cicilan. Bahkan mesin cuci yang baru dia kredit 6 bulan dengan cicilan setiap bulan Rp640.000, dia kembalikan ke toko tempat kredit.


Dari situlah dia dan isteri mulai hidup dari nol. Yang sebelumnya pergi pakai mobil sendiri, sopir sendiri, jadi pakai motor sendiri dengan rumah ngontark di kamar kecil. Orang lain menurut Arli saat itu melihat dirinya sedang susah, nganggur dan miskin. Padahal menurutnya, itulah momen yang sangat plong di mana baru saja terbebas dari jatuh tempo berbagai cicilan.


Di momen ini juga Arli mulai menata sambil menyelesaikan beberapa utang selain ke leasing. Ada yang belum lunas, kepada teman-temannya meski tak besar. “Tak sampai 3 bulan, 400 juta selesai atau dalam 30 hari.


Dari situ pula, ia mencari sumber income lain untuk makan. Ia mencari produk-produk di internat yang bisa kembali dijual dengan harga tinggi. Mencari produkpun bukan harga yang mahal, harga yang terjangkau dengan modal yang dia miliki, masih kisaran ratusan ribu.


Perjalanan yang cukup monumental pasca berangkat dari nol itu, akhirnya ia menemukan sebuah produk. Produk cairan penghemat bahan bakar. Ia menghubungi produsen dengan harapan akan membeli produk besar dan akan kembali dijual dengan kemasan tertentu. Produsen produk penghemat BBM mengizinkan namun harus membeli minimal paket produk Rp4 juta. Sayang, Mas  Arli tak punya uang dan hanya membeli satu botol untuk dicoba. 


Dari botol ini kemudian ia pelajari dan akhirnya mendapat bahan baku produk lalu mengolah dan berhasil dijual. Prinsip saat itu menurutnya, hanya ingin menjual untuk makan. Jangan sampai saat keluar rumah, main ke teman, kembali pulang ke rumah tak membawa apa-apa. Lama lama, ada beberapa teman yang ingin menjadi agen dan membeli cukup besar. Kemuain agen menjadi banyak. Singkat cerita, akhir tahun 2013 ia mampu mengumpulkan omzet total Rp1,4 miliar dari penjulana produk tersebut.


Meski mendapat uang cukup banyak, ia teringat dengan pengalaman pahit masa lalu. Pola hidupnya gak berubah, tetap mempertahankan sepeda motor dan rumah ngontrak. Padahal dengan dana yang diperoleh, masih cukup untuk membeli rumah layak atau mobil. Dia tidak melakukannya.


Di luar bisnis barunya, Mas Arli rajin menuliskan kisah petualangannya hingga terjerat utang dan berhasil kembali melunasinya. Di tahun 2015 ia membuat Ebok “30 Hari Bebas Hutang”. Mulai juga dengan kegiatan seminar-seminar yang merambah ke berbagai kota di Indonesia. Uniknya seminaryang dia gelar, free atau gratis. Hanya saja, e-book tetap dia jual, itung –itung subsidi silang dengan kegiatan seminar yang juga membutuhkan biaya operasional. Menurutnya, Ilmu itu ibarat seseorang punya pohon mangga. Kalau ada buah dikasihkan ke tetanga. Tapi kalau banyak dijual. Kini setiap malam kamis di rumahnya, banyak sekali orang-orang yang datang untuk meminta bimbingan finansial. Lagi-lagi, konsultasi tersebut diberikan secara gratis.  


Di tahun 2016 ia mulai bisnis yang lebih besar. Jual beli tanah kapling. Mengapa kapling? Menurutnya, beli tanah ukuran besar dan kecil harganya lebih murah ukuran besar. Ia beli ukuran besar, lalu dijual secara kapling untungnya berlipat-lipat bahkan nyaris tiga kali lipat.  Modal 100 juta bisa 300 juta.


Dalam prinsip bisnisnya saat ini, ia mengaku terinspirasi oleh kakek-nenek zaman dulu. Dari segi keilmuan, skil dan fasilitas untuk mencari duit jauh lebih terbatas ketimbang  anak muda zaman sekarang. Anehnya, para orang tua dulu mampu memiliki aset, mulai rumah, tanah dan bisa diwariskan ke anak cucu. Sedangkan saat ini, penghasilan besar, fasilitas mudah, mengalami kondisi sebaliknya. Asset tidak punya, malah terjerat utang pula.


Apa yang menjadi kunci menurut Mas Arli, keberkahan. Barangkali asfek keberkahan yang kurang dihadirkan dalam kehidupan saat ini, termasuk dalam proses mencari rezeki. Dengan itu pula, ia turut kampanye “anti riba” dan tanpa utang.


Dalam beberapa sesi konsultasi yang diberikan, Mas Arli menemukan  ragam masalah yang unik terkait utang. Adakalanya benar benar susah, adakalnya biasa biasa saja. Solusinya pun berbeda. Tidak semua yang terlilit utang jual asset.  Upaya yang dilakukan, melakukan treatment apa sebenarnya masalah yang dihadapi yang menyebabkan utang melilit.


Menurutnya, rata-rata ada dua penyebab utang yang merupakan sebab akibat. Gengsi dan spekulasi. Kalau masalahnya ada pada gengsi, maka harus dipangkas dulu gengsi seserang tersebut. Misalnya, seseorang membeli kendaraan -karena ingin gengsi- di luar kemampuannya, berarti inilah faktor utamanya. Hal yang sama jika penyakit menjadi utang karena spekulasi. Hentikan dulu spekulasi dalam bisnis lalu benahi.


Ada kisah yang cukup berkesan sealama memberi konsultasi.  Ada seseorang berkonsultasi karena terjerat utang ke rentenir Rp700 juta. Pengusaha dari Jepara tersebut punya projek di Makassar hingga Bali.  Setiap bulan kepada rentenir bayar bunganya saja Rp60 juta.


Hal yang unik, dia punya banyak proyek tapi tak punya uang. Apa masalahnya? Menurut penuturan pengusaha tersebut, setiap kali ia mendapat projek dia harus minjam uang untuk membiayai projeknya. Lalau pengusaha itu diminta saran, coba negosiasi kepada pemberi projek, supaya membayar di muka sebagian sekedar menjalankan projek. Pengusaha itu awalnya tidak mau, karena malu (gengsi) dan kebiasaan kontraktor harus punya dana dulu. Dengan perhitungan matang, akhirnya sang pengusaha minta pembayaran di muka dan ternyata pemberi projek mau memberikan dana.


Dalam kasus ini, pengusaha hanya diberi saran untuk jujur apa adanya dengan kondisinya saat itu terkait projek yang akan dilaksanakan. Ternyata masalahnya bisa selesai dan dari projek tersebut menghasilna miliaran rupiah. Sampai saat ini, pengusaha tersebut jika mendapat pekerjaan minta bayar dimuka.  Sementara utang kepada rentenir, berhasil dinegosiasi untuk membayar cicilan pokok terlebih dahulu dan bunganya diselesaikan kemudian.  


Kasus yang cukup berkesan juga, ada orang salatiga datang dengan isterinya ke rumah. Masalahnya utang investasi sebesar Rp500 juta kepada investornya. Uang tersebut ditagih para investornya minta dikembaliklan hingga bawa polisi. Orang tersebut terjerat investasi bodong online.


Karena uang investasi tersebut tidak digunakan sendiri. Dengan bukti-bukti yang real seperti kuwitansi, lalu dijelaskan kepada investor dan kepolisian, akhirnya kelar masalah. Yang harus dibayar oleh orang tersebut kepada investor, hanya 40 juta, itupun bisa diangsur menajdi empat kali.


Tips yang paling utama ketika ingin menyelesaikan utang menurutnya, ketika menyadari harus betul betul kembali pada Allah.  Kedua, iklas berserah diri, bahwa apa didunia ini semuanya milik Dia. Jauhkan keinginan melebihi kemampuan, segala sesuatu tak harus dimiliki di dunia ini. Bahkan mengiklaskan jika pada akhirnya harus menjual segala yang dimilik.


Dinarasikan dari video Youtube Kristine Lea



Posting Komentar untuk "Kisah Pakar Pelunas Utang, Arli Kurnia yang Kapok Dikejar-kejar Jatuh Tempo"